Parlementaria
Ketua DPR Aceh: Media Berperan Penting Terkait Arah Pembangunan Aceh
BANDA ACEH - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Dahlan Jamaluddin mengatakan media atau pers berperan penting terkait arah pembangunan Aceh.
"Pemberitaan media sangat berpengaruh dalam hal arah pembangunan Aceh. Pemberitaan positif atau yang bersifat membangun dan pemberitaan-pemberitaan edukasi (mendidik) dari media maka akan membawa perubahan pembangunan Aceh menjadi lebih baik," kata Dahlan Jamaluddin saat menerima audiensi Pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Aceh yang diwakili Ketua SMSI Aceh Aldin NL dan Wakil Sekretaris SMSI Aceh Reza Gunawan di ruang kerjanya, Selasa (16/3/2021).
Politisi Partai Aceh itu menilai, banyak media atau pers di Aceh saat ini hanya sekedar memberitakan peristiwa di Aceh, namun kurang dalam melihat atau memberitakan berbagai persoalan Aceh hari ini, seperti halnya yang berkaitan dengan kewenangan dan kekhususan Aceh.
"Media atau pers yang merupakan pilar keempat demokrasi, kurang melihat bagaimana objektifnya Aceh hari ini, serta melihat bagaimana dari sisi nilai Aceh bagaimana harus diperjuangkan secara bersama ke depannya agar menjadi lebih baik," ungkap Dahlan.
Meski demikian, Dahlan tidak menampik selama ini sangat banyak peran media dan pers yang telah dilakukan dalam mendukung pembangunan Aceh. Hanya saja, dia berharap ke depannya pemberitaan-pemberitaan positif atau membangun serta edukasi dapat lebih digiatkan, agar lebih berdampak positif kepada kemajuan Aceh di masa yang akan datang.
Dalam pertemuan itu, Dahlan berharap jalinan komunikasi kalangan awak media dan para pemangku kepentingan atau para pengambil kebijakan di Aceh dapat terjalin dengan baik, dimana dapat digelar pertemuan-pertemuan atau diskusi forum kecil antara kalangan media dan jajaran para pemangku kepentingan di Aceh. Dia juga mengatakan siap mendukung media di Aceh atau lembaga yang menjadi wadah media dan wartawan di Aceh dalam menjalankan tugasnya untuk menyajikan informasi.
"Semoga silaturrahmi seperti ini tidak hanya sampai di sini saja, kami juga ingin ada pertemuan-pertemuan lain, khususnya dengan lembaga-lembaga yang menjadi wadah para media dan wartawan di Aceh, seperti PWI, AJI, IJTI serta berbagai lembaga tempat bernaunganya kalangan pers lainnya di Aceh seperti SMSI," harapnya.
Sementara itu, Ketua SMSI Aceh Aldin NL mengatakan media dalam menjalankan tugasnya dalam memberikan informasi kepada masyarakat adalah cerminan dari kondisi di Aceh saat ini.
"Pemberitaan media itu tergantung bagaimana kondisi yang terjadi di Aceh hari ini, jika baik maka pemberitaan akan baik, begitu juga sebaliknya, dimana media atau pers dalam menyajikan informasi itu sesuai dengan data dan fakta di lapangan," imbuhnya.
Namun demikian, Aldin mengakui media di Aceh masih kurang dalam menyajikan berita-berita yang bersifat membangun dan edukasi, dimana banyak media di Aceh yang hanya memberitakan peristiwa-peristiwa "miring".
Selain itu Aldin mengatakan, para kalangan elit atau pemangku kepentingan di Aceh juga saat ini terkesan kurang menjalin komunikasi denagn kalangan awak media. Bahkan, media terkesan dianggap "musuh" atau "lawan" jika menyajikan pemberitaan-pemberitaan yang bersifat kritik.
"Padahal, kritikan yang dilakukan media lewat pemberitaan itu tujuannya juga bersifat membangun, agar ada perubahan kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah agar lebih pro rakyat," tegas Aldin. []
"Pemberitaan media sangat berpengaruh dalam hal arah pembangunan Aceh. Pemberitaan positif atau yang bersifat membangun dan pemberitaan-pemberitaan edukasi (mendidik) dari media maka akan membawa perubahan pembangunan Aceh menjadi lebih baik," kata Dahlan Jamaluddin saat menerima audiensi Pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Aceh yang diwakili Ketua SMSI Aceh Aldin NL dan Wakil Sekretaris SMSI Aceh Reza Gunawan di ruang kerjanya, Selasa (16/3/2021).
Politisi Partai Aceh itu menilai, banyak media atau pers di Aceh saat ini hanya sekedar memberitakan peristiwa di Aceh, namun kurang dalam melihat atau memberitakan berbagai persoalan Aceh hari ini, seperti halnya yang berkaitan dengan kewenangan dan kekhususan Aceh.
"Media atau pers yang merupakan pilar keempat demokrasi, kurang melihat bagaimana objektifnya Aceh hari ini, serta melihat bagaimana dari sisi nilai Aceh bagaimana harus diperjuangkan secara bersama ke depannya agar menjadi lebih baik," ungkap Dahlan.
Meski demikian, Dahlan tidak menampik selama ini sangat banyak peran media dan pers yang telah dilakukan dalam mendukung pembangunan Aceh. Hanya saja, dia berharap ke depannya pemberitaan-pemberitaan positif atau membangun serta edukasi dapat lebih digiatkan, agar lebih berdampak positif kepada kemajuan Aceh di masa yang akan datang.
Dalam pertemuan itu, Dahlan berharap jalinan komunikasi kalangan awak media dan para pemangku kepentingan atau para pengambil kebijakan di Aceh dapat terjalin dengan baik, dimana dapat digelar pertemuan-pertemuan atau diskusi forum kecil antara kalangan media dan jajaran para pemangku kepentingan di Aceh. Dia juga mengatakan siap mendukung media di Aceh atau lembaga yang menjadi wadah media dan wartawan di Aceh dalam menjalankan tugasnya untuk menyajikan informasi.
"Semoga silaturrahmi seperti ini tidak hanya sampai di sini saja, kami juga ingin ada pertemuan-pertemuan lain, khususnya dengan lembaga-lembaga yang menjadi wadah para media dan wartawan di Aceh, seperti PWI, AJI, IJTI serta berbagai lembaga tempat bernaunganya kalangan pers lainnya di Aceh seperti SMSI," harapnya.
Sementara itu, Ketua SMSI Aceh Aldin NL mengatakan media dalam menjalankan tugasnya dalam memberikan informasi kepada masyarakat adalah cerminan dari kondisi di Aceh saat ini.
"Pemberitaan media itu tergantung bagaimana kondisi yang terjadi di Aceh hari ini, jika baik maka pemberitaan akan baik, begitu juga sebaliknya, dimana media atau pers dalam menyajikan informasi itu sesuai dengan data dan fakta di lapangan," imbuhnya.
Namun demikian, Aldin mengakui media di Aceh masih kurang dalam menyajikan berita-berita yang bersifat membangun dan edukasi, dimana banyak media di Aceh yang hanya memberitakan peristiwa-peristiwa "miring".
Selain itu Aldin mengatakan, para kalangan elit atau pemangku kepentingan di Aceh juga saat ini terkesan kurang menjalin komunikasi denagn kalangan awak media. Bahkan, media terkesan dianggap "musuh" atau "lawan" jika menyajikan pemberitaan-pemberitaan yang bersifat kritik.
"Padahal, kritikan yang dilakukan media lewat pemberitaan itu tujuannya juga bersifat membangun, agar ada perubahan kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah agar lebih pro rakyat," tegas Aldin. []
Via
Parlementaria