Hari Kedua Mukhayyam Al-Qur’an di Rumah Dinas Ketua DPRK, Peserta Antusias Belajar Tajwid
Banda Aceh – Hari kedua Mukhayyam (kemah) Al-Qur’an yang berlangsung di rumah dinas Ketua DPRK Banda Aceh berjalan dengan lancar. Di hari kedua ini ibu-ibu majelis taklim dan peserta mukhayyam lainnya masih dibekali materi ilmu tajwid khususnya tentang “Mad”.
Ketua Panitia Mukhayyam, Uztazah Yuhasniza mengatakan, para peserta sangat antusias mengikuti pembelajaran ilmu Al-Qur’an. Bahkan, kehadiran mereka ke majelis lebih cepat dari waktu yang diperkirakan.
“Kebetulan materi hari ini tentang mad. Belajarnya kita bagi menjadi tiga hari, hari pertama mereka belajar tahsin makhraj, dan hari ini mereka belajar tentang mad,” kata Yusniza, Senin (18/4/2022), di sela-sela kegiatan tersebut.
Yusniza mengatakan, semangat belajar para peserta sangat luar biasa, dari aktif bertanya hingga ke praktik terkait materi yang disampaikan. Meski mereka lama menangkap materi, tetapi para peserta mencoba berinteraktif dengan pemateri.
“Mereka berani aktif bertanya kepada ustazahnya, ke mana arah gerak-gerik uztazah mereka fokus memperhatikannya, kita apresiasi sekali semangat ibu-ibu ini,” ujarnya.
Yuhasniza berharap, para peserta bisa mempertahankan semangatnya untuk mengikuti mukhayyam sampai hari terakhir, apalagi belajar tentang Al-Qur’an. Karena dengan belajar Al-Qur’an akan membawa ketenangan bagi orang tersebut.
“Al-Qur’an ini luar biasa kemuliaannya, ketika betul-betul dinikmati, walau dengan segala keterbatasan usia mereka, misalnya pengucapan makhrajnya kurang jelas, namun semangat belajarnya ini luar biasa,” tuturnya.
Sementara itu, pemateri Mukhayyam Ilmu Tajwid, Uztazah Rahmiyati menyampaikan, terkait materi para peserta diajak mengetahui lebih mendalam tentang jenis-jenis mad. Walaupun sebahagiannya mereka tahu nama-nama madnya namun ada juga yang belum tahu tentang cara pengucapannya.
“Hari ini kita lebih belajar pendalaman tentang mad itu sendiri,” ujar Rahmi.
Rahmi mengatakan, membaca dan mentahsinkan (belajar) Al-Qur’an merupakan fardhu ‘ain yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Jika seorang muslim belajar tentang Al-Qur’an dia harus mencari guru untuk belajar, tidak bisa belajar dengan sendirinya.
Menurutnya, jika Al-Qur’an tidak dibaca dengan baik dan benar, maka akan terjadi kesalahan pada arti dan makna dari ayat yang dibaca karena makhrajnya tidak benar.
“Bayangkan kalau surat Alfatihah yang selalu kita baca dalam shalat, jika tidak benar dilafalkan, kira-kira shalat kita diterima tidak?” katanya dengan nada bertanya.
Rahmi menambahkan, ketika seorang muslim membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata kemudian dia belajar, walau belum benar maka dia mendapat dua pahala. Pertama pahala karena membaca, kedua pahala karena dia belajar atau memperbaiki.
“Tidak ada istilahnya kita tidak mau ngaji karena merasa belum pintar, tapi sebenarnya itu ladang pahala bagi dia, karena dia sedang berusaha memperbaiki bacaannya. Selama dia membaca dan terus memperbaiki, pahalanya terus mengalir, apalagi di bulan Ramadan ini pahala yang Allah berikan berlipat ganda,” pungkasnya. [Adv]