Parlementaria
Parlementaria BNA
Anggota Komisi II DPRK Banda Aceh Minta Dinas Pariwisata Memanfaatkan Homestay untuk Pariwisata
BANDA ACEH – Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh berharap Pemerintah Kota (Pemko) melalui Dinas Pariwisata memanfaatkan homestay sebagai daya tarik pariwisata di Banda Aceh.
"Dalam mengembangkan pariwisata di Kota Banda Aceh, homestay menjadi salah satu aspek penunjang yang harus dimiliki gampong-gampong," kata anggota Komisi II DPRK Banda Aceh, Aulia Afridzal, Senin, 4 April 2022.
Aulia juga menyarankan, agar homestay menjadi identitas bagi Kota Banda Aceh sebagai daya tarik pariwisata yang unik dan memiliki kearifan lokal.
"Ini menjadi pengalaman yang istimewa. Tidak bisa ditemukan di negara atau daerah asalnya wisatawan," ujar Aulia.
Menurut Aulia, homestay memiliki peran penting dalam memberikan pengalaman otentik kepada wisatawan yang berkunjung ke Kota Banda Aceh. Kehadiran homestay di Gampong-gampong akan membawa wisatawan lebih mengenali budaya dan adat istiadat Aceh yang masyarakatnya kental dengan syariat islam.
"Wisatawan dapat belajar soal kuliner setempat, mulai dari komposisi bumbu, lama memasak, alat apa saja yang digunakan, hingga menikmatinya," jelasnya.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan, wisatawan juga dapat ikut dalam aktivitas kehidupan mayarakat setempat. Seperti ikut menyiapkan hidangan untuk disantap bersama dan aktivitas sehari-hari lainnya.
"Makanan asli bisa disajikan ibu-ibu rumah tangga atau para pemilik rumah makan," kata Aulia.
Di samping itu, para wisatawan juga bisa menemukan wisata religi di Banda Aceh. Diantaranya Masjid Raya Baiturrahman, Meuseum Tsunami Aceh, Kapal PLTD Apung, serta sejumlah spot wisata religi lainnya. Hal ini tentu menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi pelancong tentang Banda Aceh.
"Tamu bisa menemukan potensi asli daerah. Bisa sambil treking dan menyicipi makanan lokal," ujarnya.
Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) DPRK Banda Aceh ini menyebutkan, dengan bertambahnya kunjungan wisatawan, homestay bisa menjadi alternatif penginapan, yang bersaing dengan losmen dan wisma berkonsep syariah.
"Tentunya dengan mempromosikan budaya dan pengalaman lokal yang tidak dimiliki penginapan lain," terangnya.
Menurutnya, konsep homestay ini sangat membantu peningkatan perekonomian warga Kota Banda Aceh lantaran pelancong yang berkunjung akan secara langsung berinteraksi dan menikmati kehidupan seperti masyarakat setempat.
"Kultur masyarakat Banda Aceh juga menggambarkan akhlak yang beradab, humanis, toleran, dan memuliakan tamu, sesuai anjuran Islam," kata Aulia.
Hal inilah, lanjut Aulia, modal utama untuk peningkatan wisatawan ke Banda Aceh. Oleh karena itu, kata Aulia, peran Pemko dan pelaku usaha industri pariwisata sangat penting bekerjasama untuk meningkatkan pariwisata di Banda Aceh serta perekonomian didalamnya.
"Nah, keramahtamahan khas umat bersyariat Islam inilah yang nantinya daya tarik sendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Ibu Kota Propinsi Aceh," ujarnya. [Adv]
"Dalam mengembangkan pariwisata di Kota Banda Aceh, homestay menjadi salah satu aspek penunjang yang harus dimiliki gampong-gampong," kata anggota Komisi II DPRK Banda Aceh, Aulia Afridzal, Senin, 4 April 2022.
Aulia juga menyarankan, agar homestay menjadi identitas bagi Kota Banda Aceh sebagai daya tarik pariwisata yang unik dan memiliki kearifan lokal.
"Ini menjadi pengalaman yang istimewa. Tidak bisa ditemukan di negara atau daerah asalnya wisatawan," ujar Aulia.
Menurut Aulia, homestay memiliki peran penting dalam memberikan pengalaman otentik kepada wisatawan yang berkunjung ke Kota Banda Aceh. Kehadiran homestay di Gampong-gampong akan membawa wisatawan lebih mengenali budaya dan adat istiadat Aceh yang masyarakatnya kental dengan syariat islam.
"Wisatawan dapat belajar soal kuliner setempat, mulai dari komposisi bumbu, lama memasak, alat apa saja yang digunakan, hingga menikmatinya," jelasnya.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan, wisatawan juga dapat ikut dalam aktivitas kehidupan mayarakat setempat. Seperti ikut menyiapkan hidangan untuk disantap bersama dan aktivitas sehari-hari lainnya.
"Makanan asli bisa disajikan ibu-ibu rumah tangga atau para pemilik rumah makan," kata Aulia.
Di samping itu, para wisatawan juga bisa menemukan wisata religi di Banda Aceh. Diantaranya Masjid Raya Baiturrahman, Meuseum Tsunami Aceh, Kapal PLTD Apung, serta sejumlah spot wisata religi lainnya. Hal ini tentu menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi pelancong tentang Banda Aceh.
"Tamu bisa menemukan potensi asli daerah. Bisa sambil treking dan menyicipi makanan lokal," ujarnya.
Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) DPRK Banda Aceh ini menyebutkan, dengan bertambahnya kunjungan wisatawan, homestay bisa menjadi alternatif penginapan, yang bersaing dengan losmen dan wisma berkonsep syariah.
"Tentunya dengan mempromosikan budaya dan pengalaman lokal yang tidak dimiliki penginapan lain," terangnya.
Menurutnya, konsep homestay ini sangat membantu peningkatan perekonomian warga Kota Banda Aceh lantaran pelancong yang berkunjung akan secara langsung berinteraksi dan menikmati kehidupan seperti masyarakat setempat.
"Kultur masyarakat Banda Aceh juga menggambarkan akhlak yang beradab, humanis, toleran, dan memuliakan tamu, sesuai anjuran Islam," kata Aulia.
Hal inilah, lanjut Aulia, modal utama untuk peningkatan wisatawan ke Banda Aceh. Oleh karena itu, kata Aulia, peran Pemko dan pelaku usaha industri pariwisata sangat penting bekerjasama untuk meningkatkan pariwisata di Banda Aceh serta perekonomian didalamnya.
"Nah, keramahtamahan khas umat bersyariat Islam inilah yang nantinya daya tarik sendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Ibu Kota Propinsi Aceh," ujarnya. [Adv]
Via
Parlementaria