News
Tambahan Waktu Tinggal, Pengungsi Rohingya di Gandapura Menetap Dua Hari Lagi Sambil Menanti Keputusan Pemerintah Pusat
Pengungsi Rohingya di Gandapura, mayoritas perempuan dan anak-anak |
KABAR ACEH | Bireuen- Kehadiran ratusan pengungsi Rohingya yang sebelumnya sempat ditolak oleh warga saat mendarat di Pantai Jangka Bireuen, akhirnya ditampung sementara di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mini Kuala Bugeng Desa Lapang Barat Kecamatan Gandapura Kabupaten setempat, sembari menunggu penanganan selanjutnya diserahkan ke Pemerintah Pusat.
Pengungsi Muslim Rohingya yang berjumlah 256 orang mayoritas perempuan dan anak - anak, terdiri dari perempuan dewasa 110 orang, laki-laki dewasa 86 Orang, anak perempuan 24 orang, dan anak laki-laki 36 orang itu juga sempat berlabuh di Pantai Ule Madon Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara, dan terjadi penolakan pada Kamis (16/11) lalu.
Kemudian hal tidak terduga terjadi, mereka kembali ke pesisir pantai Gandapura Bireuen tepatnya, Minggu (19/11) sekira pukul 01.30 WIB dini hari, dengan berpencar beberapa kelompok memasuki desa Samuti Rayeuk, Samuti Aman, Mon Keulayu, Blang Rheu dan Lhok Mambang, yang selanjutnya oleh.
pihak Muspika setempat dibawa ke TPI Mini Kuala Bugeng Desa Lapang Barat hingga sekarang.
"Wujud kemanusiaan, kami menyediakan penampungan sementara untuk mereka, tapi ini hanya sementara", tegas Keuchik Lapang Barat Mukhtar Yusuf kala itu.
Pj Bupati Bupati Bireuen Aulia Sofyan, Ph.D turut meninjau ke lokasi penampungan sementara di Gandapura, Senin (20/11/2023) sekira pukul 16.05 WIB sore.
Pihaknya meminta aparatur desa dan masyarakat Desa Lapang Barat untuk mengizinkan mereka (rohingya-red) tinggal sementara untuk dua hari lagi.
"Kami minta perangkat desa dan masyarakat disini dapat memberikan izin ditempatkan para pengungsi Rohingya di TPI Mini Kuala Bugeng untuk dua hari lagi, sembari menunggu keputusan Pemerintah Pusat terkait penanganan para pengungsi," ungkap Aulia Sofyan didampingi Camat Gandapura Azmi, S Ag dan unsur Muspika setempat.
Sementara Faisal, dari Protection Associate UNHCR Indonesia, mengungkapkan pihaknya menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Gandapura yang sudah membantu para pengungsi Rohingya.
"Kami berharap kepada Muspika dan Pemkab Bireuen untuk dapat menyediakan tempat bagi pengungsi Rohingya ini, kami hanya minta tempat, apalagi mereka mayoritas balita dan lansia yang butuh perawatan. Terkait makanan, minuman dan obatan akan kami sediakan," terangnya.
Selain itu, Ketua APDESI Gandapura Keuchik Mauliadi memastikan 40 keuchik menolak keberadaan pengungsi Rohingya di Gandapura.
"Kami menolak keberadaan para pengungsi Rohingya, dikarenakan para
Keuchik (kepala Desa-red) tidak mau mengambil resiko. Mengurus warga desa saja kami belum sempurna, apalagi saudara muslim kita ini imigran luar negeri. Tapi sebagai bentuk kemanusiaan kami tetap membantu sesuai kemampuan, selama mereka tinggal sementara disini," pungkas Keuchik Mauliadi.
Kisah pengungsi Rohingya di Bireuen menggambarkan betapa pentingnya solidaritas dan kerjasama global dalam menangani krisis pengungsi. Masalah ini tidak hanya menjadi tanggung jawab satu negara atau pemerintah, tetapi juga harus melibatkan komunitas internasional. Tetapi, kita juga diingatkan tentang kepentingan pemerintah pusat dalam mengambil keputusan yang tepat dan mempertimbangkan berbagai aspek dalam menangani pengungsian ini. [SR]
Via
News