Adv
Budpar
Ekbis
Museum Aceh, Mengenal Sejarah dan Budaya Aceh di Masa Lalu
Museum Aceh merupakan sebuah museum yang memiliki berbagai macam koleksi dari peradaban Aceh masa lampau. Disini bisa ditemukan banyak sekali koleksi antik mulai dari benda zaman prasejarah, masa kerajaan, hingga benda-benda yang identik dengan masa kolonial Belanda. Selain itu, wisatawan juga bisa melihat berbagai koleksi etnografi yang berkaitan dengan kebudayaan Aceh.
Museum Aceh ini berada pada Jalan Alauddin Mahmud Syah, Desa Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Letaknya juga cukup strategis, berada di jantung Kota Banda Aceh membuat setiap wisatawan yang ingin berkunjung bisa menemukan museum ini dengan mudah. Selain itu, para pengunjung bisa menggunakan berbagai kendaraan umum atau juga kendaraan pribadi.
Mulanya, Museum Aceh ini hanya memiliki satu bangunan yaitu di Rumoh Aceh yang merupakan rumah tradisional masyarakat Aceh. Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah pun akhirnya melakukan renovasi, perbaikan dan juga penambahan gedung baru yang disebut Gedung Pameran Tetap. Tak hanya itu, pemerintah pun berusaha untuk semakin memperbanyak koleksi yang ada didalam museum.
Pembangunan Museum Negeri Aceh sendiri dilakukan pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh kala itu yang dijabat oleh Jenderal H.N.A Swart sekitar tahun 1915. Sedangkan untuk Kepala Museum sekaligus Kurator, ditunjuklah Friedrich Wilhelm Stammeshaus yang menjabat hingga tahun 1931.
Sebenernya Stammeshaus merupakan seorang pekerja di bidang kesehatan yang bertugas untuk angkatan darat. Namun karena kecintaannya pada etnografi, serta benda bersejarah maka beliau setuju ketika ditunjuk sebagai kepala museum sekaligus merangkap kurator. Koleksi dari Stammeshaus juga dikenal hingga ke berbagai pelosok negeri, banyak pula koleksi di museum ini adalah milik beliau pribadi.
Pada kala itu, Museum Negeri Aceh ini masih berupa Rumoh Aceh yang berbentuk seperti rumah panggung dan konstruksinya bisa dibongkar pasang. Rumoh Aceh ini juga sempat mengikut sebuah Pameran Kolonial di Semarang.
Dalam acara ini, sebagian koleksi dari Stammeshaus dipertontonkan serta ditambahkan beberapa koleksi yang merupakan peninggalan Kesultanan Aceh.
Dalam pameran tersebut, Rumoh Aceh berhasil memperoleh predikat sebagai pavilliun terbaik dan berhak membawa pulang hadiah berupa 4 medali emas, 11 perak, dan 3 medali perunggu dari berbagai kategori. Koleksi yang dimiliki Museum Negeri Aceh ini tergolong cukup lengkap. Wisatawan bisa melihat benda-benda bersejarah seperti mata uang kuno, keramik, guci, koleksi tentang geologi, dan masih banyak lagi.
Di Museum Aceh ini juga terdapat beberapa maket dari Masjid Raya Baiturrahman dari masa kemasa. Selain itu, di dalam museum wisatawan juga bisa melihat foto-foto dari para pahlawan Aceh serta foto tentang perjuangan masyarakat Aceh mengusir Belanda. Benda-benda seperti pistol kuno, rencong, meriam serta senjata tradisional Aceh menjadi pelengkap museum.
Dari sekian banyak koleksi, yang mampu menarik perhatian wisatawan adalah adanya lonceng kuno yang diperkirakan usianya telah mencapai 1.400 tahun. Lonceng tersebut dikenal dengan nama "Lonceng Cakra Donya" yang merupakan hadiah Kaisar Cina dari Dinasti Ming ke Kesultanan Pasai pada abad ke 15. Lonceng tersebut dibawa oleh Laksamana Ceng Ho saat perjalanannya ke nusantara.
Tak hanya itu, di dekat MuseumAceh ini juga terdapat kompleks makam dari Sultan Iskandar Muda. Museum ini juga memiliki naskah-naskah kuno atau manuskrip, peninggalan berupa arkeologi dari sejarah dan masa prasejarah hingga koleksi fauna yang diawetkan. Dibangunnya museum ini juga memiliki fungsi sebagai media edukasi bagi generasi penerus bangsa.
Fasilitas yang terdapat di Museum Negeri Aceh ini juga sangat lengkap yang bisa memberikan kenyamanan wisatawan ketika berkunjung. Terdapat tempat parkir yang cukup luas, toilet pria dan wanita, mushola untuk beribadah serta dilengkapi pula dengan perpustakaan yang berisi ribuan buku tentang berbagai ilmu pengetahuan.
Selain itu, wisatawan bisa juga meminta pemandu untuk mengantarkan berkeliling museum. Sudah disediakan pemandu bagi wisatawan, pemandu akan dengan sabar menjelaskan kisah sejarah tentang koleksi-koleksi yang ada di Museum Negeri Aceh ini. Disekitar museum juga terdapat taman yang dihiasi dengan tumbuhan hijau serta bunga sehingga menimbulkan suasana asri dan nyaman. [Adv]
Museum Aceh ini berada pada Jalan Alauddin Mahmud Syah, Desa Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Letaknya juga cukup strategis, berada di jantung Kota Banda Aceh membuat setiap wisatawan yang ingin berkunjung bisa menemukan museum ini dengan mudah. Selain itu, para pengunjung bisa menggunakan berbagai kendaraan umum atau juga kendaraan pribadi.
Mulanya, Museum Aceh ini hanya memiliki satu bangunan yaitu di Rumoh Aceh yang merupakan rumah tradisional masyarakat Aceh. Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah pun akhirnya melakukan renovasi, perbaikan dan juga penambahan gedung baru yang disebut Gedung Pameran Tetap. Tak hanya itu, pemerintah pun berusaha untuk semakin memperbanyak koleksi yang ada didalam museum.
Pembangunan Museum Negeri Aceh sendiri dilakukan pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh kala itu yang dijabat oleh Jenderal H.N.A Swart sekitar tahun 1915. Sedangkan untuk Kepala Museum sekaligus Kurator, ditunjuklah Friedrich Wilhelm Stammeshaus yang menjabat hingga tahun 1931.
Sebenernya Stammeshaus merupakan seorang pekerja di bidang kesehatan yang bertugas untuk angkatan darat. Namun karena kecintaannya pada etnografi, serta benda bersejarah maka beliau setuju ketika ditunjuk sebagai kepala museum sekaligus merangkap kurator. Koleksi dari Stammeshaus juga dikenal hingga ke berbagai pelosok negeri, banyak pula koleksi di museum ini adalah milik beliau pribadi.
Pada kala itu, Museum Negeri Aceh ini masih berupa Rumoh Aceh yang berbentuk seperti rumah panggung dan konstruksinya bisa dibongkar pasang. Rumoh Aceh ini juga sempat mengikut sebuah Pameran Kolonial di Semarang.
Dalam acara ini, sebagian koleksi dari Stammeshaus dipertontonkan serta ditambahkan beberapa koleksi yang merupakan peninggalan Kesultanan Aceh.
Dalam pameran tersebut, Rumoh Aceh berhasil memperoleh predikat sebagai pavilliun terbaik dan berhak membawa pulang hadiah berupa 4 medali emas, 11 perak, dan 3 medali perunggu dari berbagai kategori. Koleksi yang dimiliki Museum Negeri Aceh ini tergolong cukup lengkap. Wisatawan bisa melihat benda-benda bersejarah seperti mata uang kuno, keramik, guci, koleksi tentang geologi, dan masih banyak lagi.
Di Museum Aceh ini juga terdapat beberapa maket dari Masjid Raya Baiturrahman dari masa kemasa. Selain itu, di dalam museum wisatawan juga bisa melihat foto-foto dari para pahlawan Aceh serta foto tentang perjuangan masyarakat Aceh mengusir Belanda. Benda-benda seperti pistol kuno, rencong, meriam serta senjata tradisional Aceh menjadi pelengkap museum.
Dari sekian banyak koleksi, yang mampu menarik perhatian wisatawan adalah adanya lonceng kuno yang diperkirakan usianya telah mencapai 1.400 tahun. Lonceng tersebut dikenal dengan nama "Lonceng Cakra Donya" yang merupakan hadiah Kaisar Cina dari Dinasti Ming ke Kesultanan Pasai pada abad ke 15. Lonceng tersebut dibawa oleh Laksamana Ceng Ho saat perjalanannya ke nusantara.
Tak hanya itu, di dekat MuseumAceh ini juga terdapat kompleks makam dari Sultan Iskandar Muda. Museum ini juga memiliki naskah-naskah kuno atau manuskrip, peninggalan berupa arkeologi dari sejarah dan masa prasejarah hingga koleksi fauna yang diawetkan. Dibangunnya museum ini juga memiliki fungsi sebagai media edukasi bagi generasi penerus bangsa.
Fasilitas yang terdapat di Museum Negeri Aceh ini juga sangat lengkap yang bisa memberikan kenyamanan wisatawan ketika berkunjung. Terdapat tempat parkir yang cukup luas, toilet pria dan wanita, mushola untuk beribadah serta dilengkapi pula dengan perpustakaan yang berisi ribuan buku tentang berbagai ilmu pengetahuan.
Selain itu, wisatawan bisa juga meminta pemandu untuk mengantarkan berkeliling museum. Sudah disediakan pemandu bagi wisatawan, pemandu akan dengan sabar menjelaskan kisah sejarah tentang koleksi-koleksi yang ada di Museum Negeri Aceh ini. Disekitar museum juga terdapat taman yang dihiasi dengan tumbuhan hijau serta bunga sehingga menimbulkan suasana asri dan nyaman. [Adv]
Via
Adv